Tangis
Bayi Anak Maria ini menjadi lonceng pembawa Kabar Gembira yang juga diwartakan
oleh malaikat kepada para gembala, "Jangan takut sebab sebenarnya aku
memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: hari ini telah lahir
bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di Kota Daud. Dan inilah tandanya
bagimu. Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring
di dalam palungan." Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat
itu sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah. Katanya,
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di
Bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Lk 2:8-14).
BAYI
Ilahi ini lahir di Bethlehem, Kota Daud, sesuai dengan Nubuat Nabi Micha. Hal
ini diketahui para ahli Kitab dan dilaporkan juga kepada Raja Herodes yang lalu
menjadi berang dan ingin membunuh Kanak-kanak Yesus. Allah yang mengatur
sejarah, membuat Kaisar Agustus mengadakan sensus bagi semua penduduk yang ada
di bawah kuasanya, justru saat kandungan Maria pada usia tua. Maria dan Yoseph
bersama semua keturunan Daud lainnya pergi mencatatkan diri ke Kota Bethlehem.
Ketika
sampai di Bethlehem, sampai pula saat Maria melahirkan anaknya. Tiga peristiwa
menyatu, dengan lahirnya Yesus sebagai pusat, yaitu Nabi Micha bernubuat, Maria
melahirkan Anaknya, dan Kaisar Agustus mengadakan sensus. Bukti bahwa semuanya
dalam rencana Ilahi.
Kelahiran
Bayi Ilahi itu sekaligus dikukuhkan dan dicatat dalam sejarah manusia. Allah
menjadi manusia, memasuki sejarah umat manusia, menjadi satu di antara manusia,
untuk menyelamatkan manusia.
Natal
adalah kepedulian Allah kepada manusia yang berdosa, peduli sampai solider
ingin senasib sepenanggungan dengan manusia yang papa. Tangis Bayi Anak Maria
membawa pesan agar yang kuat, kaya, dan yang lebih peduli dan solider dengan
yang lemah, miskin, dan kurang mampu tanpa pandang bulu, tanpa pandang beda
suku atau agama.
Ungkapan
solidaritas Yesus kepada kaum papa dengan lahir di goa tempat hewan berteduh,
dibungkus lampin, dan dibaringkan di atas palungan, tempat makanan ternak.
Meski lahir di tempat hewan, ia dilahirkan oleh ibu yang penuh kasih, dijaga
oleh Yoseph yang penuh perhatian. Kehangatan cinta Maria dan Yoseph membuat
tangis itu berhenti dan Bayi Ilahi itu tersenyum. Demikian pula ketika para
gembala datang mengagumi-Nya dan memainkan seruling, juga saat para sarjana
dari Timur datang menyembah dan membawa persembahan. Senyum- Nya meneguhkan
tumbuhnya relasi persaudaraan dan kasih tidak hanya dalam Keluarga Kudus,
tetapi juga di antara para gembala dan para sarjana dari Timur. Yesus datang di
dunia untuk membangun kembali budaya kasih, membangun hidup dalam kebersamaan,
saling peduli, dan dalam suasana persaudaraan.
SOLIDARITAS
Yesus dengan orang miskin dijalani dengan mengalami apa artinya menjadi miskin
dan tak berkedudukan. Dia ditolak pemilik penginapan karena orangtuanya tampak
tak dapat membayar, sementara banyak orang lain yang mau membayar mahal. Bagi
orang yang hanya menginginkan keuntungan, tak ada hati untuk menolong sesama
dengan cuma-cuma, apalagi dengan semangat berkorban.
Sejak
lahir, Yesus mengalami suasana hidup masyarakat yang diwarnai kecurigaan satu
terhadap yang lain, penguasa takut kehilangan kedudukan. Bagi Raja Herodes,
kelahiran Yesus merupakan ancaman, takut tersaingi kekuasaannya. Maka,
"Herodes menyuruh membunuh semua anak di Bethlehem dan sekitarnya, yaitu
anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah…" (Mt 2:16).
Oleh
Yoseph dan Maria, Yesus dibawa lari ke Mesir. Tetapi, operasi tentara Herodes
mengakibatkan terbunuhnya banyak bayi tak bersalah. Tangis Yesus tidak hanya
bagi anak-anak yang dibunuh saat itu, tetapi juga menyertai semua korban
ketidakadilan dan kekejaman akibat dosa manusia sepanjang zaman. Tangis- Nya
juga bagi sikap Herodes dan sikap siapa pun yang penuh iri dan dengki, tak mau
disaingi, dan yang main kuasa demi kepentingan pribadi dari zaman ke zaman.
Seandainya
Kanak-kanak Yesus sudah dapat berbicara, pesan apakah kiranya yang disampaikan
kepada gembala dan tiga sarjana dari Timur yang datang menyembah? Dia pasti
mengatakan yang sama: "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang
terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mt 22:37-39).
Kelahiran
Yesus mengungkapkan kasih Allah tanpa pamrih, mengasihi dengan kesediaan
mengampuni umat-Nya dan kesediaan untuk berkorban. Ini menunjukkan tanggung
jawab yang tinggi terhadap manusia ciptaanNya. Meski manusia celaka karena
ulahnya sendiri, ia tetap dicarikan jalan keluar, kendati harus ada korban dari
Putra Allah sendiri.
Kita
diharapkan saling melindungi dan menyelamatkan. Ajaran kasih: mencintai dan
menghormati Allah sekaligus mencakup keharusan saling mencintai dan menghormati
sesama manusia, saling bertanggung jawab atas nasib sesama. Bahkan, untuk
penilaian pada pengadilan terakhir, Yesus bersabda, "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari
saudara-Ku yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku" (Mt 25:40).
Tangis
pertama Yesus yang memecah kesunyian malam dan senyum pertama-Nya yang
menghangatkan relasi telah membuat kita kini menyanyikan Malam Kudus dengan
penuh haru. Tangis dan senyumNya telah menguduskan malam Natal dan menguduskan
jagat raya. Tangis-Nya menyertai segala derita manusia, derita ketika lahir dan
berkembang, derita saat dewasa dan tua, derita saat orang meninggal dunia.
Derita manusia telah dijadikan derita-Nya. Seyum-Nya meneguhkan siapa pun yang
menerima Dia, menerima ajaran dan karya penyelamatan-Nya.
Meneguhkan
kita yang dengan tak henti bertobat. Tangis-Nya sekaligus menjadi senyum-Nya.
Karena derita orang yang disatukan dengan tangis, sengsara, dan wafat-Nya dapat
menjadi sumber berkat. Memang tangis dan senyum Kanak-kanak Yesus membawa
harapan bagi kita untuk masa depan yang bahagia. Selamat Natal, selamat
menyambut tangis dan senyum Kanak-kanak Yesus dalam segala kedalaman maknanya.
SURAT ANAK KAMPUNG TANPA ALAMAT
Sahabatku terkasih,
Seperti kalian ketahui, kita semakin dekat dengan hari ulang
tahun-Ku. Setiap tahun ada suatu perayaan khusus demi menghormati-Ku, dan Aku
pikir tahun ini perayaan ini juga akan dirayakan oleh semua anggota IPMANAPADODE SURABAYA
Pada masa ini banyak orang berbelanja hadiah-hadiah, banyak
iklan-iklan di radio dan televisi, dan di segenap penjuru dunia orang berbicara
mengenai hari ulang tahun-Ku yang semakin menjelang.
Sungguh menyenangkan bahwa, setidaknya setahun sekali, orang
berpikir tentang Aku.
Seperti kalian tahu, perayaan hari ulang tahun-Ku dimulai
bertahun-tahun yang silam.
Pada awalnya, orang tampaknya mengerti dan mengucap syukur atas
segala yang telah Aku lakukan bagi mereka, tetapi pada masa sekarang, tak
seorang pun tampaknya tahu alasan perayaan ini.
Sanak saudara, teman dan sahabat, berkumpul bersama dan bergembira
ria, tetapi mereka tak mengerti makna perayaan. Aku ingat, tahun lalu ada suatu
perayaan besar demi menghormati-Ku. Meja perjamuan penuh dengan sajian makanan
yang lezat, kue-kue, buah-buahan, beraneka macam permen dan coklat. Dekorasinya
sungguh indah menawan, dan ada banyak…banyak sekali hadiah-hadiah yang
dibungkus cantik.
Tetapi, adakah kalian tahu? Aku tidak diundang.
Aku adalah tamu kehormatan dan mereka bahkan tidak ingat untuk
mengirimi-Ku undangan.
Pesta itu untuk-Ku, tetapi ketika hari besar itu datang, Aku
dibiarkan di luar; mereka menutup pintu di depan muka-Ku … padahal Aku begitu
ingin bersama mereka, duduk dan makan bersama mereka.
Sesungguhnya, hal itu tidaklah mengejutkan-Ku, sebab beberapa
tahun belakangan ini, semuanya menutup pintu bagi-Ku. Karena tak diundang, Aku
memutuskan untuk ikut dalam pesta tanpa menarik perhatian. Aku masuk dan berdiri
di pojok.
Mereka semuanya minum-minum; sebagian bahkan mulai mabuk dan
melontarkan gurauan-gurauan dan menertawakan segala sesuatu. Sungguh, mereka
riang-ria dalam pesta-pora.
Di puncak acara, seorang tua yang besar dan gendut berpakaian
serba merah, berjanggung putih panjang, memasuki ruangan sembari berseru
Ho-Ho-Ho! Tampaknya ia mabuk. Ia duduk di atas sofa dan anak-anak berlarian
menyonsongnya, seraya berseru, “Santa Claus, Santa Claus”; seolah pesta ini
untuknya!
Tengah malam semua saling berpelukan satu sama lain. Aku juga
merentangkan tangan-Ku berharap seorang memeluk-Ku. Dan tahukah engkau, tak
seorang pun datang untuk memberi-Ku pelukan.
Lalu, mereka mulai membagi-bagikan hadiah. Mereka membuka kado
masing-masing dengan penuh rasa ingin tahu. Ketika semuanya telah mendapatkan
bagian, Aku mencari-cari, mungkin, ada satu hadiah untuk-Ku. Bagaimanakah
gerangan perasaanmu ketika pada hari ulang tahunmu semua orang saling berbagi
hadiah sementara engkau sendiri tidak mendapatkan apapun?
Sebab itu, Aku mengerti bahwa Aku tidak dikehendaki dalam pesta
itu, dan Aku pun meninggalkan pesta diam-diam.
Setiap tahun, keadaannya semakin parah. Orang hanya ingat hadiah,
pesta, makan dan minum; tak seorang pun ingat akan Aku.
Aku rindu Natal ini engkau membiarkan-Ku masuk dalam hidupmu.
Aku rindu engkau mengenali kenyataan bahwa lebih dari duaribu
tahun yang lalu, Aku datang ke dalam dunia demi memberikan nyawa-Ku bagi
kalian, di salib, demi menyelamatkan kalian.
Hari ini, Aku rindu kalian meyakini hal ini dengan segenap hati.
Aku rindu berbagi dengan kalian. Karena begitu banyak orang tak
hendak mengundang-Ku ke pesta mereka, maka Aku akan menyelenggarakan pesta-Ku
sendiri, suatu pesta agung seperti yang tak pernah dibayangkan orang, suatu
pesta yang spektakuler. Sekarang Aku sedang melakukan persiapan-persiapan
terakhir.
Hari ini Aku mengirimkan banyak undangan, juga untukmu. Aku rindu
mengetahui apakah engkau bermaksud datang. Aku akan menyediakan tempat bagimu
dan menuliskan namamu dengan huruf-huruf emas dalam buku tamu-Ku.
Hanya mereka yang ada dalam daftar tamu akan diundang ke pesta.
Mereka yang tidak menjawab undangan ini akan tinggal di luar.
Bersiaplah, sebab ketika semuanya telah siap, engkau akan menjadi bagian dari
pesta agung-Ku.
Tertanda,
Yesus
Wisma PANAS Surabaya, 16 Desember 2012
Oleh:
Yustinus Gabriel Ukago
Anggota
IPMANAPADODE Kota Study Surabaya.
Penulis Adalah Mahasiswa Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya
0 komentar:
APA YANG ANDA TERPIKIRKAN DI BENAK,DENGAN ARTIKEL DI ATAS INI...
TINGGALKAN KOMENTAR ANDA DI BAWAH INI.... !