Setiap orang
selalu teraspirasi pada kesempurnaan. Mereka menghargai karya yang sempurna,
dan tergerak hatinya oleh kesempurnaan yang tampak di dalam keindahan, di
manapun ia berada, mulai dari karya seni, atau sekedar tanaman yang
berwarna-warni nan menggoda hati. Berbicara soal kehidupan, orang juga selalu
mencari kesempurnaan. Dan berbicara tentang kesempurnaan, ada satu ide terselip
di dalamnya, yakni keseimbangan.
Yang sempurna
itu seimbang. Ia seimbang dalam kesederhanaannya, sekaligus kerumitannya. Ia
sempurna dalam kelembutan, sekaligus kekuatannya. Kesempurnaan hidup manusia
pun identik dengan keseimbangannya untuk mengatur berbagai ekstrem, tanpa
pernah jatuh ke salah satunya. Kesempurnaan puas untuk ada dalam tegangan, dan
justru merayakan tegangan ketidakpastian di antara berbagai pilihan hidup yang
senantiasa menuntut kepastian.
Namun,
keseimbangan hidup bukanlah keseimbangan matematis. Ia bukanlah suatu titik
yang diam, seperti angka yang tak bernyawa, melainkan suatu gerak yang terus
berubah, menari di dalam beragam ekstrem-ekstrem pilihan kehidupan.
Keseimbangan di dalam hidup adalah keseimbangan yang terus berubah, mengikuti
alur kehidupan yang juga senantiasa berubah. Ia mengalir gemulai di antara
kepastian dan ketidakpastian, tanpa kehilangan sumbunya yang membuat ia teguh,
sekaligus lentur.
Saya
menyebutnya sebagai keseimbangan yang hidup, yang jelas berbeda dengan
keseimbangan tak bernyawa yang dengan mudah ditemukan di dalam rumus matematika
dalam bentuk ekuilibrium, ataupun hitung-hitungan ekonomi belaka. Keseimbangan
yang hidup ini perlu untuk menyerap ke dalam sendi-sendi kehidupan kita sebagai
manusia. Ia perlu untuk menjadi prinsip yang mengikat, sekaligus penggerak yang
mengubah.
Pendidikan dan
Politik
Pendidikan
adalah suatu ruang yang juga harus dipenuhi oleh keseimbangan yang hidup.
Pendidikan harus menjadi proses yang sekaligus mencerahkan dan menyenangkan
dalam waktu yang sama. Ia tidak boleh membunuh roh, apalagi menciptakan tekanan
batin. Ia merupakan keseimbangan yang hidup antara aturan yang menekankan
displin diri di satu sisi, sekaligus proses yang melegakan hati, mencerahkan
jiwa, dan membahagiakan di sisi lain.
Politik,
sebagai tata kelola manusia-manusia, pun juga harus diresapi oleh keseimbangan
yang hidup. Ia merupakan tegangan sekaligus kombinasi dari aturan yang menjamin
stabilitas hidup bersama di satu sisi, dan kebebasan yang mendorong kreativitas
serta kebahagiaan hati di sisi lain. Kegagalan meresapi keseimbangan yang hidup
semacam ini akan membuat politik menjadi neraka kehidupan, yang diisi oleh para
petarung kekuasaan yang rakus, serta penjilat yang tak punya nurani.
Ekonomi dan
Bisnis
Ekonomi sebagai
transaksi antar manusia yang melibatkan jumlah besar pun juga harus bergerak
dengan pola keseimbangan yang hidup. Bahkan, sejatinya, ekonomi adalah pola
interaksi antar manusia dalam jumlah besar yang selalu terarah untuk mencari
keseimbangan. Beberapa orang berpendapat, bahwa ekonomi haruslah dibiarkan
bebas, supaya bisa mencari keseimbangannya sendiri, dan, dengan itu, memberikan
kemakmuran untuk semua.
Namun, prinsip
kebebasan mutlak di dalam ekonomi semacam ini tidak sesuai dengan prinsip
keseimbangan yang hidup, karena jatuh pada salah satu ekstrem di dalam
perdebatan, yakni ekstrem pasar bebas. Maka dari itu, dalam terang pemikiran
tentang keseimbangan yang hidup, negara juga harus ikut mengatur ekonomi, namun
dengan kepekaan pada pentingnya ruang bagi ekonomi untuk menari dan berkembang
dengan geraknya sendiri. Ekonomi adalah titik tengah yang dinamis antara tata
kelola yang memelihara kestabilan dan keamanan di satu sisi, serta ruang
kebebasan yang mendorong kreativitas yang mendobrak di sisi lain.
Bisnis pun juga
perlu untuk memeluk keseimbangan yang hidup. Setiap pebisnis besar akan sadar,
bahwa bisnis adalah semacam kombinasi ganjil antara keberuntungan di satu sisi,
dan usaha keras di sisi lain. Bisnis adalah keseimbangan yang hidup antara
dorongan mengumpulkan keuntungan finansial di satu sisi, dan upaya untuk
menghasilkan keindahan di sisi lain. Bisnis juga adalah keseimbangan antara
niat mencari untung di satu sisi, dan upaya membantu orang lain di sisi lain.
Sains
Di dalam
masyarakat manusia yang semakin rumit, pencarian kebenaran adalah sesuatu yang
amat diperlukan. Kebenaran adalah dasar untuk pelbagai kebijakan publik, maupun
untuk membuat keputusan pribadi. Dalam konteks ini, ilmu pengetahuan menempati
peranan terhormat. Ia menjadi pegangan bagi banyak orang untuk membuat
keputusan, karena sifatnya yang berusaha sedekat mungkin mendekati kebenaran
yang ada di dalam kehidupan.
Oleh karena
itu, ilmu pengetahuan pun juga harus diresapi oleh keseimbangan yang hidup. Ia
adalah bentuk nyata dari keseimbangan antara pencarian kebenaran yang tak
berpihak di satu sisi, dan kelembutan hati yang berpijak pada nilai-nilai luhur
kehidupan di sisi lain. Ia adalah perpaduan yang terus berubah antara
ketidakberpihakan yang menghasilkan kebenaran “obyektif” di satu sisi, dan
kepekaan hidup atas nilai-nilai kebaikan di sisi lain.
Agama
Tidak seperti
yang diramalkan oleh Karl Marx lebih dari 200 tahun yang lalu, agama tetap
hidup, dan bahkan berkembang, di dalam peradaban manusia. Di berbagai negara,
agama kini memainkan peranan penting di dalam menata hidup warganya, maupun
mengarahkan keputusan-keputusan yang bersifat publik. Menimbang situasi semacam
itu, maka agama pun perlu untuk menghayati keseimbangan yang hidup.
Agama perlu
untuk berada di antara kemampuan memberikan panduan hidup praktis sehari-hari
di satu sisi, dan kemampuan untuk memberikan makna hidup yang mendalam bagi
para penganutnya. Agama perlu untuk terus menampung kekaguman manusia akan
segala keindahan alam semesta yang membuatnya tertegun dan mengarahkan diri ke
penciptanya di satu sisi, dan ritual religius yang menyejukan hati di sisi
lain.
Seni
Hidup tanpa
seni itu kering dan membosankan. Tidak hanya itu, hidup itu sendiri pun adalah
seni. Namun, secara spesifik, seni adalah kemampuan manusia untuk
mengekspresikan pikiran maupun perasaan di dalam dirinya melalui berbagai alat,
seperti alat musik, lukisan, dan berbagai jenis media lainnya. Jadi, seni
adalah ekspresi hidup dari diri terdalam manusia. Dalam konteks ini, seni pun
perlu untuk menjalankan keseimbangan yang hidup, sama seperti bidang-bidang
lainnya.
Di satu sisi,
seni perlu untuk sedetil mungkin menangkap dan menyampaikan pergulatan jiwa
manusia. Di sisi lain, seni juga perlu menjadi alat untuk membawa pesan-pesan
pencerahan ke publik. Di satu sisi, seni bisa secara abstrak dan bebas
mengungkapkan dirinya. Dan, di sisi lain, seni bisa secara konkret dan
menyenangkan menyampaikan pesan kepada publik luas. Inilah keseimbangan hidup
yang, pada hemat saya, perlu untuk dihayati oleh dunia seni pada umumnya, dan
para seniman pada khususnya.
Filsafat
Sebagai displin
pemikiran yang cukup tua, filsafat pun perlu untuk memeluk konsep keseimbangan
yang hidup sebagai bagian dari dirinya. Ia perlu menari antara kekuatan
abstraksi yang jernih di satu sisi, dan kemampuan untuk membaca realitas serta
mendorong tindakan yang mengubah di sisi lain. Kegagalan menghayati tegangan
antara dua kutub ini akan membuat filsafat ketinggalan jaman, dan menjadi tak
relevan.
Di dalam
hidupnya, setiap orang mencari, atau setidaknya merindukan di dalam hatinya,
kesempurnaan. Dalam arti ini, kesempurnaan adalah keseimbangan itu sendiri.
Bukan keseimbangan yang statis, bagaikan titik matematis di dalam matematika,
melainkan keseimbangan yang hidup, yang mengayun serta menari di antara
berbagai ekstrem kehidupan yang menggoda untuk dipilih. Jika kesempurnaan
adalah keseimbangan, dan orang bisa menari di dalam berbagai ekstrem pilihan
hidup yang mengepungnya, mungkin inilah arti sesungguhnya dari kebijaksanaan.
Mungkin…
Oleh: Yustinus Gabriel Ukago
Penulis adalah Mahasiswa
Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
0 komentar:
APA YANG ANDA TERPIKIRKAN DI BENAK,DENGAN ARTIKEL DI ATAS INI...
TINGGALKAN KOMENTAR ANDA DI BAWAH INI.... !