Oleh:
Yustinus G.Ukago
Siapa yang tahu soal masa depan? Bagaimana kita
bersikap pada apa yang belum pasti di depan? Inilah pertanyaan yang menghantui
dunia kita yang semakin banyak tantangan. Ditekan oleh tantangan jaman, kita
seringkali berubah menjadi pengecut yang selalu gelagapan.
Itulah yang terjadi di Papua. Banyak orang khawatir
akan masa depan hidupnya. Bisnis asuransi masa depan menjamur dan membuat
banyak orang terjerat di dalam jaring-jaringnya. Baik sebagai individual warga
negara, ataupun sebagai bangsa, kita takut akan masa depan, dan kehilangan
pegangan dasar.
Nilai-nilai dasar yang membuat kita manusiawi lenyap
tak terasa. Di hadapan tantangan ketidakpastian, kita membuang nilai-nilai
hidup yang membuat kita berharga pada awalnya. Kita menjadi pengecut-pengecut
yang takut pada gerak dunia. Pada akhirnya kita pun lenyap, karena lupa akan
identitas asali kita.
Di dalam hidup mayoritas yang kita alami bukanlah
peristiwa besar, melainkan peristiwa yang biasa-biasa saja. Kita menjalani
rutinitas yang selalu sama. Rasa jemu pun datang tak diminta. Di dalam kejemuan
semua yang kita anggap berharga seolah tak lagi bermakna.
Di sisi lain kita seringkali mengalami
peristiwa-peristiwa luar biasa, entah mengalami krisis kegagalan, atau
keberhasilan yang menyenangkan hati. Dunia seolah dihempas ke arah-arah
ekstrem, tanpa bisa kita kuasai. Hati terus dipenuhi dengan sensasi. Hari- hari
pun terasa berwarna-warni.
Ketika kita jemu, krisis, ataupun ceria di dalam
keberhasilan, kita seringkali lupa tentang nilai-nilai dasar hidup yang sejati.
Akibatnya kebingungan pun tercipta, dan merusak ketenangan diri. Tujuan hidup
sejati yang terlupa, dan orang sibuk pada hal-hal yang tidak sejati. Pada
akhirnya ia merasa hampa dan tak bahagia.
Supaya itu tak terjadi, ada dua hal yang tetap harus
dijaga, yakni kesetiaan pada nilai-nilai dasar hidup, dan kemampuan untuk
bertahan menghadapi gejolak, ataupun kejemuan. Nilai-nilai hidup adalah yang
membuat kita awalnya menjadi manusia, dan bukan binatang ataupun tumbuhan.
Adapun nilai-nilai itu adalah hormat pada martabat
manusia, keteguhan hati di tengah badai ataupun kejemuan, keberanian menyatakan
apa yang benar, dan keberanian untuk bertindak apa yang baik, lepas dari apapun
yang mengancam. Tanpa nilai-nilai hidup itu, kita tidak bisa disebut sebagai
manusia seutuhnya.
Manusia perlu untuk selalu menjadi tujuan, apapun yang
terjadi. Ia tidak pernah boleh menjadi alat bagi tujuan apapun di luar dirinya.
Manusia bukan barang ataupun alat yang bisa dimanfaatkan. Inilah nilai pertama
yang selalu harus dipegang.
Di Papua manusia seringkali dimanfaatkan. Manusia
seringkali menjadi alat bagi tujuan-tujuan tertentu di luar dirinya, entah
sebagai alat pencari uang, atau peraih kekuasaan. Seperti hewan ataupun
tumbuhan, manusia diperas demi kepentingan manusia lain yang merasa lebih punya
kekuatan. Ini tidak boleh dibiarkan.
Di sisi lain keteguhan hati juga amat diperlukan,
supaya orang bisa mencapai tujuan hidupnya. Keteguhan hati tergambar di dalam
kesetiaan pada prinsip dan profesi, lepas dari apapun yang ada di depan mata.
Keteguhan hati adalah integritas manusia yang membuat ia terus utuh dan
berharga di dalam hidupnya.
Di Papua kita seringkali tak punya keteguhan hati yang
cukup perkasa. Yang kita punya adalah pertimbangan jangka pendek yang akan
segera melepaskan keteguhan hati pada prinsip hidup, ketika kesempatan datang
menarik mata. Kita adalah para pencari kesempatan di tengah kesempitan hidup,
dan tak pernah beranjak menjadi bijaksana. Ini juga tidak bisa dibiarkan terus
ada.
Dengan kesadaran yang mendalam akan martabat manusia,
serta dibarengi keteguhan hati di dalam krisis ataupun kejemuan, orang akan
dimungkinkan untuk selalu memilih apa yang baik, dan bertindak yang benar di
dalam hidupnya. Dengan bekal ini orang tak perlu takut akan masa depan yang tak
pasti, dan kesulitan yang selalu ada. Nilai-nilai ini akan menyelamatkan
hidupnya, dan membuatnya tumbuh menjadi bijaksana.
Tanpa penghormatan pada martabat manusia dan keteguhan
hati, orang akan terombang-ambing di dalam gerak jaman. Integritas dirinya akan
lenyap, dan ia akan nilai-nilai sejati hidupnya. Pada akhirnya ia akan hancur
dan tak berdaya. Oleh karena itu ia perlu berubah, dan mengingat kembali apa
yang sungguh penting di dalam hidupnya, sebelum semuanya terlambat.
Inilah jalan untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Di
dalam proses orang akan memperoleh banyak hal yang berharga. Kesulitan akan
datang namun bahagia pun akan turut serta. Di akhir hidup orang akan bisa
berkata pada dirinya, saya telah menjalani hidup dengan baik, dan saya bahagia.
Saya rasa itulah tujuan hidup setiap manusia.
Pakuwon City, 21 November 2012
Penulis
adalah Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala surabaya
0 komentar:
APA YANG ANDA TERPIKIRKAN DI BENAK,DENGAN ARTIKEL DI ATAS INI...
TINGGALKAN KOMENTAR ANDA DI BAWAH INI.... !