Minggu, 10 Februari 2013

KEDOK NEO-KAPITALIST, NEO-KOLONIALIST, PEMERINTAH DAN GEREJA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT ADAT-ARSO HAKIR (40) DASA WARSA

0 komentar
Share on :
Oleh:
 Kemby Kiryar

(Refleksi Humanisme Sekitar Ideologi & Liberalisme Tanggapi Berbagai Persoalan Kemanusiaan).
 Kekuatan Neo-kolonialisme, profesionalist dan sekularisme masuk dalam gereja dan oleh kedok kapitlist dan pemerintah masuk pengaruh masyarakat adat Keerom dan pengaruhnya besar hakir-hakir ini di Arso dan telah mengesarkan nilai agama, adat, budaya dan spiritualitas secara tradisional (gambaran Gereja lokal) ada dan sebalikinya nilai-nilai adat, agama, budaya dan spiritualitas pada dasarnya ingin bebaskan manusia dari rasa bersalah berdosa di hapadan Tuhan agar terlaksana kerajaan Allah, tetapi si lain sebagai bahan tanding yang mengimbangai antara spiritualisme dan sekularisme. Apakah tujuanya untuk bebaskan orang dari rasa berdosa, bersalah dan kekerasaan ataukah dari tipu muslihat, egoisme, kepentingan, kerakusan dan korupsi (coruption).

Walaupun profesionalisme baik pada umumnya namun secara khusus telah mengesarkan nilai-nilai budaya, adat dan spiritualitas hidup manusia Arso. Konteks terjadi pergesaran karena pada masyarakat kita yang telah menerima pemekaran propinsi dan kabupaten di Papua. Masyarakat kita kurang dan tidak mampu tidak banyak jumlahnya orang pintar dan bijak yang mampu mengatur dan mensejahterakan kehidupan masyarakat sendiri dalam konteks pemekaran (tawaran oleh pemerintahan NKRI). Tetapi meraka masih dibawa tekanan pendidikan, buta huruf, trauma, putus sekolah dan berbagai gejolak politik yang menghantui ideologi dan liberalisme (paham pembebasan) sebagai penjajahan iblis dan tipu daya muslihat setan yang tidak menjadikan orang-orang beriman dan bertakawa kepada Tuhan.

Sementara di pihak lain, orang asli Arso sendiri memilirah hidup, adat, budaya, nilai-nilai agama dan spiritualitas sebagai filter yang menjaga bahaya sekularisme menghilangkan nilai-nilai moral dan hidup (tawaran oleh pemilik tanah adat & dusun). Sebab walaupun sekularisme dan profesionalisme mencoba membebaskan dan membahagiakan mereka dari tekanan buta huruf, kebodohan dan menjadi pintar melalui jalur pendidikan dapat menjadi bijak dan mampu menguasai eksistensi perkembangan.

Namun secara khusus tidak akan dan perna mengangkat hak, martabat, orang-orang yang tertindas dibawa tekanan untuk jadi pintar bebas buta huruf, berpengalaman dalam bidang tertentu dengan duduk dan menguasi posisi penting dalam kerja dalam pemerintahan maupun perusahan yang ada di tanah Papua karena ketidak mampuan otaknya tapi lemah dibawa harus pengaruh kuat oleh bayangan kaum penguasa Neo-Kapitalis dan Neo-kolonialist yang kendalikan situasi mereka yang tidak berdaya dan bodoh.

Karena penyebabnya utama adalah pendekatan politik yang sembunyikan elemen manipulasi data, kepentingan elit politik dan penguasa negara dan kapitalis, kekarasaan, militerisme, dan kolonialis pada 40 tahun yang lalu sebagai alasan utama membangun masyarakat pribumi hingga sekarang misalnya dengan terima pemekaran kabupaten (propinsi) merupakan strategi pembangunan yg membuka ruang gerak orang-orang pintar, berbudaya, bermoral, pandai, sekularis, profisionalist untuk berlebihan masuk di area masayarakat adat hal ini mencampur antara spiritualitas dan sekularisme, akibatnya membingunkan orang asli arso sepertinya mereka tidak siap menerima kabupaten dan lapangan kerja bagi masyarakat terdapat pada manifestasi orang pribumi siang dan malam sepanjang hidupnya. 


Direnungkan turun-temurun sampai generasi sekarang rakyat mencoba mencari titik pencerahaan hanya padaMU Tuhan pencipta dan penyelamat dalam Yesus Messias. Sebagai contoh kasus, perkebunan kelapa sawit dan lapangan kerja masyarakat (tawaran kapitalist). Walaupun pemilik tanah, dusun dan adat yang ada tetap tebalik mereka jadi penonton dan kerja paksa di negeri asal maka dicatat bahwa tenaga fisik dipakai, tetapi skills, ketarampilan, ideologi, kemampuan dan karisma secara pribadi manusiawi tentu tidak dihargai dan tidak perna diberi kesempatan, kebebasan sebagai manusia dan diciptakan Aliai secitra dan gambar Allah dan masyarakat sebagai pemiliki dusun, tanah adat, agama dan budaya.

“Local People’s Version”



Penulis adalah Mahasiswa STFT ”Fajar Timur” Abepura -  Papua

0 komentar:

APA YANG ANDA TERPIKIRKAN DI BENAK,DENGAN ARTIKEL DI ATAS INI...
TINGGALKAN KOMENTAR ANDA DI BAWAH INI.... !